Aku ingin bertanya padamu,
Berapa kali kau pernah dikecewakan hidup??
Berkali-kali pasti
Saat aku dikecewakan lagi olehnya,
Aku terbiasa menarik napas panjang,
Ingin membuang kepengapan di dalam
Tapi ketika aku dikecewakannya lagi dan lagi..
Aku merasa semua sia-sia saja
Mengapa Dia terus saja menguji
Adakah sebenarya dia hanya ingin aku lebih merundukkan kepala?
Bersyukur?
Oke, aku akan bersyukur
Tapi ajarkan bagaimana caranya!!!
Bagaimana aku bisa mengucap terima kasih saat Dia belum pernah mengabulkan pintaku!!!
Aku tahu permainannya
Aku tahu bagaimana paradigmanya
Aku tahu paradoksnya!!!!!!!!!!!!
Paradoks antara pintaku, pintamu dan pinta mereka.
Tapi aku ingin sekali saja, sekali saja
Sekarang, detik ini, saat ini juga
Dia tunjukkan padaku,
Buktikan padaku bahwa kali ini pintaku yang Dia penuhi.
Aku mohon
Selagi aku masih mau memohon padaNya
Selagi aku masih percaya padaNya.
Aku mohon,
Jangan kecewakan aku lagi.
live was like a box of chocolates, you never know what you're gonna get (Forrest Gump)
Senin, 01 Februari 2010
hidup dan dilemanya
Aku sedang berusaha mencintai hidupku, apa adanya
Meski memang, dalam implementasinya hidup terkadang menemukanku dengan caranya sendiri
Dengan caranya yang menyakitkan
Dengan caranya yang tidak sesuai keinginan kita
Tapi tetap harus kuakui, hidup itu indah
Bukankah hidup memang selalu tidak sesuai harapan?
Apa namanya bila kau hidup dalam dunia yang penuh dengan kepastian?
Apa namanya bila kau hidup dalam dunia yang penuh dengan busa tawa?
Aku jamin, itu bukan hidup namanya
Hidup adalah saat aku berani mencintai hidup, meskipun dia berjalan tidak sesuai kehendak
Hidup adalah saat aku berani untuk memutuskan berubah, menjadi pribadi yang lebih baik
Meski itu berarti keluar dari comfort zone-ku
Menjadi dewasa adalah saat aku berani menghadapi segala penyesalan,
Adalah saat aku dapat menerima sesuatu yang tak akan dapat kuubah
Adalah saat aku dapat terus bangkit, dari jatuhku yang dalam
Nah, bagaimana bisa aku menjadi dewasa, kalau aku tidak pernah merasakan jatuh?
Merasakan dinginnya, gelapnya, putus asanya suatu kegagalan?
Kalau aku sedang merasakannya sekarang, jangan bersedih, jangan menyerah dengan keadaan!
Karena sejengkal lagi aku akan menjadi dewasa,
Sejengkal lagi aku akan meraihnya
Aku tidak akan menjadi seseorang yang menyerah
Tidak akan pernah.
Meski memang, dalam implementasinya hidup terkadang menemukanku dengan caranya sendiri
Dengan caranya yang menyakitkan
Dengan caranya yang tidak sesuai keinginan kita
Tapi tetap harus kuakui, hidup itu indah
Bukankah hidup memang selalu tidak sesuai harapan?
Apa namanya bila kau hidup dalam dunia yang penuh dengan kepastian?
Apa namanya bila kau hidup dalam dunia yang penuh dengan busa tawa?
Aku jamin, itu bukan hidup namanya
Hidup adalah saat aku berani mencintai hidup, meskipun dia berjalan tidak sesuai kehendak
Hidup adalah saat aku berani untuk memutuskan berubah, menjadi pribadi yang lebih baik
Meski itu berarti keluar dari comfort zone-ku
Menjadi dewasa adalah saat aku berani menghadapi segala penyesalan,
Adalah saat aku dapat menerima sesuatu yang tak akan dapat kuubah
Adalah saat aku dapat terus bangkit, dari jatuhku yang dalam
Nah, bagaimana bisa aku menjadi dewasa, kalau aku tidak pernah merasakan jatuh?
Merasakan dinginnya, gelapnya, putus asanya suatu kegagalan?
Kalau aku sedang merasakannya sekarang, jangan bersedih, jangan menyerah dengan keadaan!
Karena sejengkal lagi aku akan menjadi dewasa,
Sejengkal lagi aku akan meraihnya
Aku tidak akan menjadi seseorang yang menyerah
Tidak akan pernah.
jatuh (tanpa) cinta
Ada orang pernah bercanda,
Jatuh cinta akan membuatmu menjadi penyair seketika
Kali ini biarkan aku yang bercanda,
Jatuh, tanpa cinta, akan membuatmu menjadi penyair paling hebat sepanjang masa
Jatuh, karena kecewa
Jatuh, karena terjegal kerasnya hidup
Jatuh, karena kau terlalu lelah untuk tegap kembali
Jatuh, dan merasakan dinginnya di kedalaman sana
Jatuh, dan tidak bisa melihat apapun di sana saking gelapnya
Kau hanya ingin orang lain jatuh bersamamu
Karenanya kau menyalurkan rasamu melalui aksara
Kau hanya ingin orang lain ikut merasakan perihnya
Kau hanya ingin orang lain ada di sisimu, hingga takutmu menjadi berkurang
Kau hanya ingin orang lain ada di sisimu, hingga beban nistamu tak seberat sebelumnya
Aku tidak membicarakan orang lain yang berkonotasi kekasih
Aku membicarakan orang lain yang memang orang lain adanya
orang lain yang tidak kau sayangi hingga kau tega menariknya dalam jurang yang sama denganmu
Jatuh cinta akan membuatmu menjadi penyair seketika
Kali ini biarkan aku yang bercanda,
Jatuh, tanpa cinta, akan membuatmu menjadi penyair paling hebat sepanjang masa
Jatuh, karena kecewa
Jatuh, karena terjegal kerasnya hidup
Jatuh, karena kau terlalu lelah untuk tegap kembali
Jatuh, dan merasakan dinginnya di kedalaman sana
Jatuh, dan tidak bisa melihat apapun di sana saking gelapnya
Kau hanya ingin orang lain jatuh bersamamu
Karenanya kau menyalurkan rasamu melalui aksara
Kau hanya ingin orang lain ikut merasakan perihnya
Kau hanya ingin orang lain ada di sisimu, hingga takutmu menjadi berkurang
Kau hanya ingin orang lain ada di sisimu, hingga beban nistamu tak seberat sebelumnya
Aku tidak membicarakan orang lain yang berkonotasi kekasih
Aku membicarakan orang lain yang memang orang lain adanya
orang lain yang tidak kau sayangi hingga kau tega menariknya dalam jurang yang sama denganmu
aku tidak suka
Aku sudah menebaknya
Sejak semula
Tapi kali ini aku tak akan rela jika benar tebakanku
Aku lebih memilih kalah lotere ribuan juta daripada merasakan sakit lagi
Egoku terus kau ungguli
Aku tidak suka
Sejak semula
Tapi kali ini aku tak akan rela jika benar tebakanku
Aku lebih memilih kalah lotere ribuan juta daripada merasakan sakit lagi
Egoku terus kau ungguli
Aku tidak suka
masih perlukah aksara?
Depresi. Stress. Hampir gila.
Mengapa tidak ada yang mengerti??
Perlukah aksara bila ekspresi bisa menjelaskan semua?
Perlukah aku menjelaskan satu satu ke semua?
Bila sedetik lagi aku menjadi gila?
Bila sedetik lagi aku akan meraih pisau di sana dan menggoreskannya ke nadiku?
Tolong.
Ada pembunuh di dalam diriku
Pembunuh yang akan meracuni pikiran dan hatiku,
Sedikit demi sedikit
Namun pasti adanya
Mengapa tidak ada yang mengerti??
Perlukah aksara bila ekspresi bisa menjelaskan semua?
Perlukah aku menjelaskan satu satu ke semua?
Bila sedetik lagi aku menjadi gila?
Bila sedetik lagi aku akan meraih pisau di sana dan menggoreskannya ke nadiku?
Tolong.
Ada pembunuh di dalam diriku
Pembunuh yang akan meracuni pikiran dan hatiku,
Sedikit demi sedikit
Namun pasti adanya
dilema
Ada orang yang pernah bilang, lebih baik aku menjadi lampu yang bersinar redup, namun berada di tengah kegelapan
Daripada menjadi lampu dengan sinar yang menyala terang, namun berada di antara lampu-lampu mercusuar
Adakah kau menangkap sarkasme di sana?
Adakah kau menangkap suatu ketidakpercayaan?
Adakah kau menangkap suatu ketakutan? Suatu kerendahan?
Suatu rasa yang membuatmu terpaksa menciut, bersembunyi di balik semua digdaya
Digdaya yang seharusnya kau miliki, tapi tak pernah engkau keluarkan
Karena kau tidak memberinya kesempatan
Bah, katakan padaku apa itu kesempatan!!
Masih adakah kesempatan untuk sebuah sinar, untuk diperhatikan, apabila dia bersanding di antara jutaan lampu yang juga bersinar semua?
Sepasang mata akan bingung untuk memilih,
Kalau saja aku masih bisa memilih,
Aku bingung hendak memilih tempat yang mana
Namun sejujurnya, aku merindukan tempatku terdahulu,
Di dalam suatu ruangan yang pengap dan gelap,
Namun dengan sepasang mata yang bersorot lembut, mengucapkan terima kasih karena aku telah menerangi gelapnya
Seberapa reduppun sinarku, tapi paling tidak hanya aku seorang lampu yang menyala di sana.
Daripada menjadi lampu dengan sinar yang menyala terang, namun berada di antara lampu-lampu mercusuar
Adakah kau menangkap sarkasme di sana?
Adakah kau menangkap suatu ketidakpercayaan?
Adakah kau menangkap suatu ketakutan? Suatu kerendahan?
Suatu rasa yang membuatmu terpaksa menciut, bersembunyi di balik semua digdaya
Digdaya yang seharusnya kau miliki, tapi tak pernah engkau keluarkan
Karena kau tidak memberinya kesempatan
Bah, katakan padaku apa itu kesempatan!!
Masih adakah kesempatan untuk sebuah sinar, untuk diperhatikan, apabila dia bersanding di antara jutaan lampu yang juga bersinar semua?
Sepasang mata akan bingung untuk memilih,
Kalau saja aku masih bisa memilih,
Aku bingung hendak memilih tempat yang mana
Namun sejujurnya, aku merindukan tempatku terdahulu,
Di dalam suatu ruangan yang pengap dan gelap,
Namun dengan sepasang mata yang bersorot lembut, mengucapkan terima kasih karena aku telah menerangi gelapnya
Seberapa reduppun sinarku, tapi paling tidak hanya aku seorang lampu yang menyala di sana.
terluka
Apa peduliku akan empati
Apa peduliku akan simpati
Aku tidak peduli lagi
Kau telah terlanjur mengoyak-ngoyak perasaanku
Seperti sebelumnya, seperti biasanya
Diammu menambah luka
Itulah yang paling salah!!
Kau tidak pernah berbuat salah!
Itulah yang paling salah, yang paling menyakitiku
Apa peduliku akan simpati
Aku tidak peduli lagi
Kau telah terlanjur mengoyak-ngoyak perasaanku
Seperti sebelumnya, seperti biasanya
Diammu menambah luka
Itulah yang paling salah!!
Kau tidak pernah berbuat salah!
Itulah yang paling salah, yang paling menyakitiku
mati untuk hidup
Aku harus bagaimana?
Biarkan aku menikmati kematian ini sejenak,
Biarkan aku menikmati sakit ini sejenak,
Jangan kau kira aku menyerah bersama kekalahan
Aku hanya berdamai dengannya
Perihnya, hendak kukekalkan dahulu
Sebelum aku melangkah maju,
Dan kukalahkan hidup
Biarkan aku menikmati kematian ini sejenak,
Biarkan aku menikmati sakit ini sejenak,
Jangan kau kira aku menyerah bersama kekalahan
Aku hanya berdamai dengannya
Perihnya, hendak kukekalkan dahulu
Sebelum aku melangkah maju,
Dan kukalahkan hidup
lost.
Bisikkan padaku, yang mana batasnya!
Di mana batasnya!
Karena saat itu aku tidak merasa pernah melewatinya,
Karena saat itu aku tidak melihat pernah melewatinya,
Karena saat itu aku tidak mendengar orang berteriak padaku, hendak mencegah kakiku yang akan melanggarnya
Namun sekarang setelah aku sadar,
Aku telah jauh sekali dari setapak kecil jalanku,
Aku tersesat.
Tanganku menggapai
Sia-sia, yang ada aku menemukan tangan ini membeku di udara
Kaki-kakiku berlari mundur ke belakang
Sia-sia, yang ada aku hanya menemukan tanah lapang tanpa batas
Garis horizon di belakangku, seakan terlalu angkuh untuk disentuh
Aku ingin kembali,
Ke setapak kecil jalanku
Aku ingin kembali,
Merasakan betapa indahnya jalanan itu
Merasakan betapa kuatnya pijakan kakiku dulu
Ya Tuhan, Astaga....
Aku telah tersesat.
AKU INGIN PULANG
Di mana batasnya!
Karena saat itu aku tidak merasa pernah melewatinya,
Karena saat itu aku tidak melihat pernah melewatinya,
Karena saat itu aku tidak mendengar orang berteriak padaku, hendak mencegah kakiku yang akan melanggarnya
Namun sekarang setelah aku sadar,
Aku telah jauh sekali dari setapak kecil jalanku,
Aku tersesat.
Tanganku menggapai
Sia-sia, yang ada aku menemukan tangan ini membeku di udara
Kaki-kakiku berlari mundur ke belakang
Sia-sia, yang ada aku hanya menemukan tanah lapang tanpa batas
Garis horizon di belakangku, seakan terlalu angkuh untuk disentuh
Aku ingin kembali,
Ke setapak kecil jalanku
Aku ingin kembali,
Merasakan betapa indahnya jalanan itu
Merasakan betapa kuatnya pijakan kakiku dulu
Ya Tuhan, Astaga....
Aku telah tersesat.
AKU INGIN PULANG
Langganan:
Postingan (Atom)