Selasa, 04 Januari 2011

Jeda

Kita duduk bersisian, tapi sedari tadi mata kita tidak juga bertemu. Kamu bilang malu, sedang aku tidak tahu. Kamu salah tingkah, dan tak berani mengambil langkah. Aku ingin kamu maju, tapi kamu tidak ma(mp)u. Oke kalau begitu, mari kita sudahi dahulu. Memberikan jeda, yang aku harap hanya sementara.

Selasa, 28 Desember 2010

Menjadi Dewasa

Menjadi dewasa ternyata tidak sesederhana meniup lilin di atas kue ulang tahun. Aku tahu aku masih mencoba menjadi dewasa dan masih belajar mempelajari hidup. Tapi semoga beberapa pelajaran yang aku peroleh belakangan in iberhasil membuatku lebih dewasa.

Dewasa, adalah saat kita bisa menyeimbangkan emosi dan logika.
Adalah saat kita bisa menggunakan perspektif yang berbeda dalam memandang dunia.
Adalah saat kita bisa tetap menerima segala keputusan Dia.

Dan dewasa adalah saat kita mampu berdamai dengan kenyataan.

Love,
Fela.

Sabtu, 18 September 2010

From me, to You

Untuk Kamu, maha dari segala maha...
Maafkan aku yang selalu mengecewakannya, dan mengecewakanMu.

Maafkan aku yang mudah menggerutu. Mengeluhkan berbagai hal yang sebenarnya indah, bila saat itu aku cukup mengerti maknanya. Aku menggerutu saat Kamu tidak juga mendengarkan pintaku. Aku menggerutu saat Kamu tidak juga meraih tanganku, membantuku bangkit dari kejatuhan yang menyakitkan. Aku menggerutu, selalu menggerutu.

Maafkan aku yang pernah sangat marah padaMu, ketika Kamu akhirnya memanggil seorang sahabatku untuk pulang. Aku marah karena mengira Kamu tidak adil. Demi apapun, Kamu hanya memberinya waktu satu tahun untuk berjuang.

Maafkan aku yang dulu pernah hampir tidak percaya dengan kuasaMu, ketika Kamu tidak juga mengabulkan pintaku. Menempatkan aku dan mereka yang kusayangi di tepian terluar dari tebing yang tinggi, hampir jatuh sebentar lagi.

Tapi, sepatutnyakah aku masih mengeluh sekarang? Saat aku kemudian mengerti, semua yang Kau lakukan untukku itu karena Kamu sayang padaku? Sudah sepatutnya aku berterimakasih karena kamu telah membiarkanku jatuh. Jatuh, hingga ke lubangmu yang paling gelap, paling dalam, paling dingin. Bukankah hanya dengan jatuh kita bisa belajar untuk kembali berdiri? Memang, saat itu aku merasakan sakitnya. Memar, biru, lebam. Namun di akhirnya, bukankah dengan itu aku menjadi semakin kuat, Tuhan? Iya kan?

Tapi dan tapi, aku juga patut berterima kasih padamu karena telah memanggilnya pulang cepat-cepat. Sekarang aku baru mengerti, bahwa bukan karena kamu jahat maka kamu memanggilnya. Justru karena kamu sangat sayang padanya, maka kamu memanggilnya. Bodohnya aku.. bila kamu memberinya tambahan waktu setahun saja, pasti sakit yang dia rasakan akan berlipat ganda. Dan aku, aku serta mereka semua yang menyayanginya, pasti tidak akan tega. maka terima kasih, untuk sedikit waktu yang kamu sediakan untuk dia.

Tapi, tapi dan tapi... aku juga sudah selayaknya berterima kasih padaMu. Kalau saja dulu kamu tidak menempatkanku dan mereka yang kusayangi di tepian terluar tebing yang tinggi, hingga kami bisa melihat betapa dalam-curam-gelap-dan mengerikannya jurang di bawah kami, maka aku tidak akan bisa bersyukur akan nikmatnya memiliki mereka. Kamu membuatku sadar, bahwa keluarga adalah hartaku yang paling berharga. Bahwa keluarga adalah rumahku yang sebenar-benarnya, tempatku berpulang sejauh apapun aku berkelana. Untuk itu, aku berterima kasih.

Pada akhirnya di ujung senja, saat warna langit telah berubah menjadi gradasi orange-merah..
Aku sadar bahwa tidak ada yang Kau turunkan untukku selain nikmatMu. Terima kasih. Banyak terima kasih. Ah.. Semua terima kasihku tidak cukup, aku kira.
Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?
(Ar-rahman, 13)

C'est la Vie, Peeps!

Kuterka sekarang sudah sekitar satu warsa,
sejak anda kulihat kali pertama

Dengan gitar kayu berpliturmu, merangkai nada yang tak akan pernah bisa kulupa hingga sewarsa sesudahnya

Saya tidak pernah mengira,
ternyata sesimpel itu saya kemudian mengaggumi anda
Sesederhana itu saya kemudian jatuh dalam satu lingkaran setan yang belum putus-putus juga

Sayang, perjalanan setelah itu yang justru tidak sederhana
Endingnya?
Menyakitkan, seperti yang telah kuduga
But, c'est la vie, Peeps :)

Pilihan atau Tidak?

Mencintaimu adalah sebuah pilihan. Pilihan yang akan menghantarkan aku dalam sebuah perjalanan yang dapat kuduga ujungnya. Pilihan yang kupilih, justru karena sikapmu yang selalu tidak dapat kuduga.

Sebenarnya, mencintaimu mungkin bukanlah suatu pilihan.

Mungkin mencintaimu adalah suatu keharusan. Karena seperti manusia yang harus makan, hanya kamu yang bisa membuatku kenyang. Aku tidak mau yang lain, karena memang aku tidak doyan. Meski mencintaimu akan membuatku meninggal keracunan. Meski mencintaimu berarti mutlak hanya mencintai. Absolut, tanpa dicintai olehmu.

Dan Kamu, Akhirnya Pulang.

Dan aku menatapmu ragu. Dua jam lebih kita terdiam. Menyelimuti ruang dengan hening. Namun ada suatu masa, di mana kita sudah tidak lagi membutuhkan aksara untuk menyalurkan makna. Seperti momen ini. Sinar mata telah mampu menggantikan kata, aku kira.

Dan kamu menarik napas lagi, satu-satu. Membuat raguku semakin menipis. Berubah menjadi takut.

Dan aku mulai menemukan matamu yang merapuh. Seperti kaca hampir pecah. Saput tipis air pelan-pelan berubah menjadi tirai air mata. Raguku menghilang. Aku hampir yakin, dapat memastikan apa yang hendak kau utarakan. Apa yang akan terjadi detik berikutnya, mendadak menjadi jelas. Sejelas air mata yang kemudian turun merembes, meleleh melalui pipimu yang menirus.

Dan mata hitam kenarimu yang selalu kurindukan itu, tertutup sudah.

Dan kamu, akhirnya pulang.

Senin, 01 Februari 2010

selalu saja ada paradoks

Aku ingin bertanya padamu,
Berapa kali kau pernah dikecewakan hidup??
Berkali-kali pasti
Saat aku dikecewakan lagi olehnya,
Aku terbiasa menarik napas panjang,
Ingin membuang kepengapan di dalam
Tapi ketika aku dikecewakannya lagi dan lagi..
Aku merasa semua sia-sia saja
Mengapa Dia terus saja menguji
Adakah sebenarya dia hanya ingin aku lebih merundukkan kepala?
Bersyukur?
Oke, aku akan bersyukur
Tapi ajarkan bagaimana caranya!!!
Bagaimana aku bisa mengucap terima kasih saat Dia belum pernah mengabulkan pintaku!!!
Aku tahu permainannya
Aku tahu bagaimana paradigmanya
Aku tahu paradoksnya!!!!!!!!!!!!
Paradoks antara pintaku, pintamu dan pinta mereka.
Tapi aku ingin sekali saja, sekali saja
Sekarang, detik ini, saat ini juga
Dia tunjukkan padaku,
Buktikan padaku bahwa kali ini pintaku yang Dia penuhi.
Aku mohon
Selagi aku masih mau memohon padaNya
Selagi aku masih percaya padaNya.
Aku mohon,
Jangan kecewakan aku lagi.

They are the reason, I do what do and I did what I did

Goo Goo Dolls - Iris