::Mereka vs Kita::
Ada sesuatu hal yang sangat menggelitik saat tanteku menceritakan tentang sistem pendidikan di Jerman dan Indonesia. Dia dan keluarganya semula menetap di Jerman untuk keperluan studi suaminya, dan baru pulang sekitar satu bulan yang lalu. Saat aku berkunjung ke rumahnya, dia menceritakan pengalaman Lisa –anak nya yang duduk di kelas 3sd-.
Begini, saat Lisa sudah berada di sana, dia juga tidak bisa begitu saja meninggalkan studinya di sini. Jadi, keponakan aku itu harus tetap melanjutkan sekolahnya di Indonesia lewat internet dan sekaligus masuk sekolah barunya di sana. Dan saat dia sedang mengerjakan tugas dari sekolahnya di sini, seorang gurunya menghampiri dan bertanya apa yang sedang dia lakukan. Tanteku yang kebetulan juga mendampinginya menceritakan segalanya, pelajaran anak sekolah dasar yang beraneka ragam. Dari mulai science, matematika, bahasa jawa, ips, bahasa inggris, dan sebagainya, guru tadi malah memandang kasihan pada Lisa [sekedar kasih tahu, di sekolah keponakan aku itu pelajarannya hanya olahraga, bahasa jerman dan matekmatika] Dia bilang kalau system pembelajaran yang seperti itu malah merusak kreativitas anak.
Yup,
Secara keseluruhan sih aku lebih setuju dengan pemikiran orang sana. Bahkan, aku pernah membaca, ada seorang WNI yang dari kecil menetap di Amerika dan saat dia lulus senior high, dia ikut dengan keluarganya pindah ke Indonesia. Nah, di indonesia ini, dia mendaftar pada sebuah universitas dan… tidak diterima! Yang lebih membuatku shock, dia mengatakan bahwa soal-soalnya sulit-sulit sekali. Soal yang diujikan itu kalau di Amrik sana untuk anak-anak yang telah masuk ke jenjang universitas. Aduh…
Hal itu membuat aku berpikir, memang benar apa yang dikatakan Sherlock Holmes. Detektif rekaan Conan Doyle. Dia hanya mau menjejali pikirannya dengan hal-hal yang sesuai dengan bidangnya saja. Di satu sisi seperti anatomi si Holmes luar biasa hebatnya, namun dia bahkan tidak tahu ada berapa planet di tata surya kita ini. Siapakah menteri-menteri saat itu. Sekarang, coba kita ibaratkan otak kita ini seperti memori computer, bila diisi terlalu banyak, computer tidak bisa berjalan dengan lancar. Istilahnya ngadat-lah. Maka dari itu, kita harus membuang hal-hal yang nggak penting dan mengisinya dengan hal-hal yang penting saja.
Namun,
Beberapa saat hari setelah tanteku menceritakan hal itu, aku membaca sebuah buku, Traveler's Tale Belok Kanan: Barcelona! Di dalam buku itu, detailnya halaman 192 pada footnote-nya, di sana tertulis seperti ini Negara maju seringkali berisi orang-orang bodoh karena mereka mulai malas belajar setelah tahu bahwa mereka warga dari negara maju.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar