Jumat, 18 Desember 2009

Terima Kasih Banyak :)

Aku ingin menjadi dia yang terlihat begitu super. Begitu indah dalam kesederhanaan. Tapi aku tak ma(mp)u berpura-pura. Aku pernah merasakan betapa lelahnya terjebak dalam lingkaran setan ‘pura-pura’. Pura-pura ikut bahagia, pura-pura tertawa, pura-pura melucu. Aku hanya ingin menjadi diriku dengan sederhana. Dan mencintai diriku dengan sederhana pula. Bukankah cintaku yang kekal di dunia ini pada hakikatnya hanya ada satu, cinta pada diriku sendiri. Aku mencintai diriku saat sedang bercinta dengan Tuhan. Aku mencintai diriku saat sedang bercinta dengan keluargaku. Aku mencintai diriku saat nanti mencintainya juga. Satu langkah pertama sebelum itu semua, aku harus mencintai diriku sendiri... dengan sederhana.

Tapi bolehlah bila aku juga memiliki orang-orang yang kuanggap cukup menginspirasi.

Aku ingin menjadi dia. Yang selalu berusaha untuk membuat semua orang bahagia. Kebahagiaannya adalah hal terakhir yang dia inginkan. Senyumannya adalah ketika mereka juga tersenyum. Namun aku juga tidak ingin menjadi dia dengan segala kelemahannya. Tidak mampu menolak apa yang mereka inginkan tetapi dia sebenarnya tidak menghendaki. Paradoks, dia justru menjadi kuat dengan segala kelemahannya. Berulang kali aku menegur agar dia menjadi orang yang lebih tegas, berulang kali dia mencoba dan tidak bisa. Dia orang yang akan tetap memegang tangan mereka. Seberat apapun, tak akan dia lepaskan. Aku tahu itu. Aku penasaran terbuat dari apa hatinya. Mampu memaafkan saat mereka mengkhianatinya, terutama saat dia mengkhianatinya. Tetap berdiri dan memegang tangan mereka dalam terpaan badai topan sekalipun. Demi Tuhan aku tahu dia telah limbung dan ingin jatuh, tapi dia tidak akan jatuh demi tetap memegang mereka.

Kemudian ada dia yang menempati tempat kedua. Dia yang mengajariku tentang mimpi dan realisasi mimpi. Dia mengajariku bagaimana caranya untuk terbang tanpa takut jatuh. Ketika aku jatuh –katanya-, jangan takut untuk mencoba lagi. Tuhan tidak bisa mengabulkan semua permintaan dalam waktu yang bersamaan. Karena paradigma yang ada mengatakan, selalu ada paradoks antara pintaku, pintamu dan pinta mereka. Dia orang yang selalu penuh dengan mimpi. Hidupnya tentang mimpi dan usaha untuk menggapainya. Yang membuatku heran, dia selalu bisa meraih apa yang dia inginkan. Membuat iri memang. Tapi saat aku menilik ke belakang, ada ribuan kilometer jalan berliku yang telah dia lewati. Tidak mudah, susah. Aku tahu, dia pantas mendapatkannya.

Masih ada beberapa lagi mereka yang menginspirasiku. Mereka yang telah memberikanku pelajaran hidup, meski aku tahu mereka tidak –atau mungkin belum- menyadarinya. Untuk mereka, orang yang mengajariku menulis dengan hati, orang-orang yang mengajariku berusaha untuk merealisasikan mimpi, orang yang mengajariku untuk selalu ingat akan adanya akhir dari kehidupan ini, orang yang mengajariku tentang mencintai dan dicintai, orang yang mengajariku tentang indahnya ketulusan hati... terima kasih.

Tidak ada komentar:

They are the reason, I do what do and I did what I did

Goo Goo Dolls - Iris